World Football Summit (WFS) yang diselenggarakan di Madrid, Spanyol pada akhir Oktober 2016 mendapat dukungan penuh dari Financial Club Genoa serta para stakeholders sepak bola, mulai dari pemilik dan manajer klub, investor, asosiasi wasit dan broadcaster, serta agen pemain.
Pemerintah Spanyol memberikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan WFS. Acara yang diikuti 750 peserta perusahaan dan individu dari berbagai negara tersebut mengambil topik utama “Where Football Industry Meets”, membahas isu-isu menarik terkait perkembangan industri sepak bola dengan pembicara tokoh-tokoh sepakbola terkemuka Spanyol, Portugal, dan Jerman.
Pihak penyelenggara menyatakan bahwa visi WFS meliputi terciptanya platform internasional di industri sepak bola yang bersifat inklusif dan berkelanjutan serta memperkuat networking antar peserta yang berjumlah 750 profesional di bidang industri sepak bola, seperti kalangan bisnis dan perusahaan sponsor, konsultan, klub, Federasi, Pemerintah, NGO, media dan individu. Latar belakang penyelenggaraan WFS antara lain didorong perkembangan sepak bola di dunia, khususnya Spanyol yang telah bergeser dari ajang pertandingan olah raga prestasi ke industri olah raga, dengan segala dampaknya.
Jika dalam persepakbolaan regulasinya telah diatur FIFA, maka dalam industri sepakbola belum ada institusi yang secara spesifik mengaturnya. Selain forum diskusi, WFS 2016 juga menyelenggarakan side events berupa pameran dan corporate events.
Pada sambutan pembukaan, Rafael Van Grieken, Staf Ahli Kementerian Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Pemerintah Otonom Madrid, menyampaikan bahwa perkembangan sepakbola Spanyol dewasa ini sudah menjadi model yang diikuti berbagai klub sepak bola di seluruh dunia. ”Pemerintah Propinsi Madrid mendukung tema WFS tersebut karena membahas dampak ekonomi dan sosial dari sepak bola yang mewakili hampir 1 persen PDB,” tukasnya.
Sementara itu Bruno Sassi, Direktur Senior Bidang Komunikasi Korporasi FIFA menyampaikan bahwa sepak bola dapat dijadikan model dalam pendidikan masyarakat karena sepak bola memiliki nilai-nilai luhur seperti toleransi, saling menghormati dan inklusif. ”Oleh karena itu, pihaknya mengharapkan agar nilai-nilai utama dalam sepak bola tersebut tetap dijunjung tinggi, meskipun saat ini lebih menonjol nilai-nilai ekonomi dan industrinya,” ujarnya.
Partisipasi Indonesia diwakili Uni Papua Football Community (UPFC) dibawah pimpinan Harry Widjaja (CEO), Yoseph Yopi Kilangin (Direktur UPFC Mimika), dan Yanti Monim ( Direktur UPFC), yang aktif berpartisipasi dalam diskusi tentang Football as element of the social inclusion, dan membuka stan yang memamerkan tentang kegiatan UPFC dan program unggulan UPFC di Indonesia dan intenasional.
Penampilan Indonesia telah menarik perhatian para peserta WFS 2016 yang banyak berkunjung ke stan Indonesia, menanyakan tentang kegiatan, visi dan misi UPFC.
”Penyelenggaraan partisipasi Indonesia dalam ajang WFS 2016 ini penting untuk mempromosikan nilai-nilai luhur sepakbola sosial yang inklusif, sportif, persahabatan dan perdamaian agar terus menjadi nilai-nilai sepakbola sosial yang universal, tidak tergerus oleh semakin kencangnya arus industrialisasi sepakbola dunia,” ungkap Yuli Mumpuni Widarso, Dubes RI di Madrid. sur/R-1
Investasi yang Menguntungkan
Pada kesempatan yang sama, perdebatan dalam WFS 2016 lebih didominasi oleh perdebatan tentang beberapa aspek non-konvensional, seperti perkembangan sepak bola di Spanyol yang telah menjadi mesin industri yang memberi hasil nyata bagi perekonomian nasional.
Untuk terus memajukan industri sepak bola Spanyol, harus diperhatikan aspek manajemen dan inovasi dalam industri sepak bola yang meliputi institusi regulator (Liga de Fútbol Profesional); pembagian kelas dalam klub sepak bola dan hak siar pemberitaan (TV vs media lokal).
Juga dibahas tentang “Investasi dalam Industri Sepakbola”, di mana para pembicara menilai bahwa Real Mallorca dan Atlético de Madrid merupakan contoh klub sepak bola yang berhasil dalam mengubah visi dan kinerjanya sehingga menjadi perusahaan pencari keuntungan.
Real Mallorca, yang dimiliki investor AS, menggunakan gaya bekerja sebuah klub basket NBA yang fokus pada pertandingan sepak bola bagaikan pertunjukan yang meriah.
Sedangkan Atlético de Madrid dinilai berhasil dalam meningkatkan prestasinya sehingga membawa dampak positif pada meningkatnya penjualan merchandise yang menambah keuntungan besar. Pembelian pemain (transfer) juga merupakan salah satu bentuk investasi yang diharapkan mendatangkan keuntungan dalam waktu cepat, seperti transfer Neymar Jr yang memberikan keuntungan besar bagi FC Barcelona.
WFS 2016 juga memberi perhatian pada meningkatnya investasi Tiongkok di industri sepakbola Spanyol yang dibahas dalam sesi China: On the Rise. Investasi Tiongkok di Spanyol difokuskan pada pembelian saham klub, menjadi sponsor pertandingan divisi utama La Liga, penempatan pemain Tiongkok di beberapa klub di Spanyol, membeli saham media sepak bola, memproduksi dan menjual merchandise klub serta mensponsori eksibisi beberapa klub La Liga Spanyol bermain di Tiongkok.
Beberapa klub sepak bola La Liga Spanyol yang telah dibeli sahamnya oleh perusahaan China antara lain Atlético de Madrid, Espanyol, Valencia, Rayo Vallecano, Real Sociedad, Real Betis, dan Levante.
Sementara itu, dalam sesi tentang Football as element of the social inclusion, disepakati bahwa sepak bola merupakan media yang paling efektif dalam membangun komunitas yang membutuhkan bantuan, baik bantuan pendidikan maupun kesehatan.
UNICEF sudah bekerjasama dengan FC Barcelona dalam pemberian bantuan kepada anak-anak yang membutuhkan di seluruh dunia. Namun masih belum banyak klub sepak bola yang melaksanakan kegiatan sepak bola sosial ini. sur/R-1.(Koran JKT)
0 komentar :
Posting Komentar